3 Oktober 2012

Kegiatan Pengawasan 




»»  SELANJUTNYA...
Fhoto-fhoto kegiatan Pemantauan





»»  SELANJUTNYA...

2 Juli 2012

2. 5 Laut, Pesisir dan Pantai

Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan kabupaten dengan wilayah perairan terluas di provinsi Jambi dan mempunyai pentai terpanjang yaitu 561,36 Km dengan jumlah pulau kecil sebanyak 24 buah. Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan memasukan wilayah periaran kedalamnya adalah seluas 17.791,82 Km2. Kabupaten ini yang menghadap ke laut lepas dapat menambah keunggulan dalam kemudahan transportasi dalam hal ekspor dan impor.
Dengan kondisi dan posisi yang sangat strategis, maka Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki potensi yangs angat besar dalam bidang kelautan dan perikanan. Sungai-sungai yang melintasi wilayah ini membuat potensi penagkapan perairan umum juga bertambah dengan penagkapan ikan di sungai. Selain potensi penagkapan yang besar, kabupaten ini memliki rawa dan pantai juga sangat berpotensi dalam hal budidaya perikanan. Tambak, kolam dan keramba juga dikembangkan oleh penduduk kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Selain memliki potensi, wilayah pesisir dan luat juga didukung oleh sarana-sarana lainnya yang meliputi balai benih ikan (BBI) yang terdapat di Kecamatan Muara Sabak Timur dengan jumlah 1 unit, dan pasar benih ikan (PE3I) yang terdapat di Kecamatan Kuala Jambi sebanyak 1 Unit, Cold Storage terapat di Kecamatan Mendahara dan Kuala Jambi, pabrik Es terdapat di kecamatan Mendahara, Muara Sabak timur Nipah Panjang dan Sadu sebanyak 6 unit.
Berikut ini isu lingkungan kritis pengelolaan pesisir dan laut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Isu ini berdasarkan isu strategis yang telah dianalisis pada SLHD 2008 dan 2009, kemudian dijadikan dasar untuk menganlisis pada SLH 2011. Adapun isu lingkungan kritis tersebut adalah :
1.      Kerusakan            mangrove akibat pengalihan fungsi lahan untuk peruntukan kepentingan lainnya
2.      Kerusakan terumbu karang akibat sistem penangkapan yang tidak ramah lingkungan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki wiilayah pesisir dan laut dengan potensi kelautan yang melimpah. Kekayaan ikan dan spesies laut, rumput laut, terumbu karang merupakan potensi besar yang telah memberikan manfaat bagi penduduk sekitar khususnya maupun bagi perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Timur umumnya.
Pemanfaatan yang kurang memperhatikan linkungan pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan yang sulit untuk dipulihkan kembali . Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dapat dililihat penjelasan mengenai :
1.    Kondisi Mangrove
Hutan mangrove adalah sebutan untuk sekelompok tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut pantai. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan payau. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah 'mangrove' digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya.
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
·       memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
·       memiliki akar tidak beraturan    (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada tumbuhan pidada Sonneratia spp. dan pada api-api  Avicennia spp.;
·       memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora; memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon. Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat





Tabel 2.11
Luas dan Kerapatan Hutan Mangrove
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Tahun 2011







No
Lokasi
Luas Lokasi (ha)
Persentase tutupan (%)
Kerapatan (pohon/ha)
1
Mendahara
                           4.174
30
1.750
2
Mendahara Ulu
                                  -
-
-
3
Geragai
                                  -
-
-
4
Dendang
                                  -
-
-
5
Muara Sabak Barat
                                  -
-
-
6
Muara Sabak Timur
                           4.013
42
2.100
7
Kuala Jambi
                           1.073
20
1.633
8
Rantau Rasau
                                  -
-
-
9
Berbak
                                  -
-
-
10
Nipah Panjang
                           4.943
34
1.941
11
Sadu
                           4.013
30
1.750
Total
18213,2
80 %
4000-6000
Keterangan





Sumber
:
Dinas Kelautan dan Perikanan Kab Tanjung Jabung Timur, 2010




yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah
·      tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
·      tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
·      daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
·     airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.

Berbagai laporan dan publikasi ilmiah menunjukkan bahwa hutan mangrove ditemukan hampir disetiap. propinsi di Indonesia.
Di Provinsi Jambi sendiri hutan mangrove hanya terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Dan Tanjung Jabung Barat. Berdasarkan dari infrormasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi penanaman hutan mangrove sendiri sudah berkembang sejak lama sebelum tahun 2000 dan pada tahun 2005-2006 melalui program GNRHL GERHAN (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan) telah dilakukan penanaman jenis tanaman mangrove di wilayah Provinsi Jambi. Berdasarkan data tahun 2004 -2007 rehabilitasi hutan mangrove di Provinsi jambi mencapai 175 Ha dan salah satunya adalah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Selain itu berdasarkan hasil LPI (Lembaga Penilai Independen) tahun 2007 menunjukan bahwa kinerja dari GNRHL tersebut untuk wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya tumbuh mencapai angka <50% Ini menunjukan bahwa tanaman yang tumbuh diwilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya tumbuh <50% sedangkan untuk jenis mangrove sendiri kurang dari 45%. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya pengawasan terhadap proses penanaman dan yang paling penting adalah kurangnya pemeliharaan pasca penanaman.
Hutan mangrove yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdapat di Kecamatan Nipah Panjang, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kecamatan Kuala Jambi dan Kecamatan Mendahara Ilir relative kecil.
Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Menurut Hutching dan Saenger (1987) telah diketahui lebih dari 20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang 80 spesies. Sedangkan jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit (Soemodihardjo et al, 1993).
 Kelompok flora mangrove di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dibagi menjadi tiga yang meliputi :
1.            Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang menunjukkan kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam
2.     Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam struktur komunitas
3.     Asosiasi mangrove
Flora mangrove umumnya di lapangan tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :
·            Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan.
·            Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah, tingginya muka air dan drainase.
·            Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap kadar garam.
·            Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari
species intoleran seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
·            Pasokan dan aliran air tawar

Selain flora, Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi berbagai fauna, baik  fauna khas mangrove maupun fauna yang berasosiasi dengan mangrove

2.     Kondisi Padang Lamun
Padang Lamun di  kab. Tanjung Jabung Timur hampir dikatakan  tidak ada  mengingat pantainya berlumpur  dimana tingkat sedimentasi cendrung naik setiap tahunnya, belum ada instansi yang melakukan pengukuran.

»»  SELANJUTNYA...